Surabaya,CJ – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program prioritas nasional pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang bertujuan meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia. Di Kota Surabaya pelaksanaannya dapat menjadi momentum penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Namun dalam pelaksanaan MBGdi Kota Surabaya menimbulkan banyak masalah yang dikeluhan oleh banyak pihak, salah satunya tenaga pendidik atau guru. Dimana para guru menilai kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pelaksanaan dan pengawasan MBG ini.
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Arif Fathoni mengatakan minimnya pelibatan guru dalam program MBG di sejumlah sekolah. Guru tidak terlibat aktif dalam proses pengawasan dan pelaksanaan makan bergizi, sementara peran mereka sebenarnya sangat vital dalam menjaga kebersihan, kedisiplinan, dan edukasi gizi bagi siswa.
“Kami juga mendengar ada keluhan dari sebagian guru yang memang tidak dilibatkan. Sehingga pemilik dapur itu hanya mengantar dan mengambil makanan. Urusan menjaga kebersihan dan lain-lain ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kami berharap pengelola dapur juga berkoordinasi aktif dengan kepala sekolah agar ada komunikasi yang bagus,” ungkap .
Fathoni juga mengusulkan agar Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Surabaya mengalokasikan tambahan anggaran operasional pendukung program MBG, termasuk bagi guru-guru yang turut memastikan keberhasilan pelaksanaan di lapangan.
“Saya berharap Dinas Pendidikan juga mengalokasikan anggaran tambahan untuk operasional pendukung MBG ini. Karena biasanya jam istirahat guru bisa istirahat sejenak, tapi sekarang mereka ikut membersihkan sisa makanan di kelas,” katanya.
Meski begitu, Fathoni memberikan apresiasi tinggi terhadap dedikasi para tenaga pendidik di Surabaya yang tetap berkomitmen menjalankan program nasional tersebut dengan sepenuh hati.
“Kami sangat meyakini bahwa guru di Surabaya ini adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka tidak pamrih untuk mensukseskan program ini. Tetapi pemerintah juga harus menghargai setiap tetesan keringat yang mereka keluarkan,” tutur Fathoni.
Ia menekankan, keberhasilan MBG bukan sekadar soal penyaluran makanan, melainkan tentang membangun sistem yang mendukung hubungan fungsional antara peserta didik dan tenaga pendidik, serta membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini.
“Upaya untuk mencerdaskan bangsa itu kan hubungan yang fungsional antara peserta didik dengan tenaga pendidik,” pungkasnya.
Fathoni menilai hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama antara DPRD, pemerintah kota, dan lembaga pendidikan untuk memperkuat pengawasan serta memastikan program berjalan sesuai tujuan besar Presiden Prabowo membangun SDM unggul menuju Indonesia Emas 2045.
“Ini menjadi PR kita bersama untuk melakukan pengawasan agar memastikan program prioritas presiden untuk kepentingan pembangunan SDM jangka panjang ini bisa terlaksana dengan baik,” pungkasnya. ADV/DN