Surabaya,CJ – Demi menjaga kedaulatan pangan di kota Pahlawan, Ketua DPRD Kota Surabaya,Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya Adi Sutarwijono menggalakkan ketahanan pangan di Surabaya.
Mengutip pidato Bung Karno dalam pembangunan kampus IPB di Bogor, 27 April 1952, Bung Karno menyampaikan bahwa “urusan pangan adalah hidup matinya sebuah bangsa”. Ia mengatakan, banyak gagasan besar Bung Karno yang relevan dengan situasi kekinian di antaranya isu kedaulatan dan ketahanan pangan.
Menurut Adi Sutarwijono, memanfaatkan lahan-lahan yang ada untuk ditanami berbagai komoditi. Sebagai Ketua DPRD Kota Surabaya, dia mendukung upaya pemenfaatan lahan-lahan kosong untuk ditanami berbagai komoditi. Seperti, pemanfaatan lahan di Kelurahan Tambak Wedi. Lahan yang tersedia 1,2 hektar ditanami jagung, sawi, ketela, waluh, pisang, lombok. Serta ternak magot.
“Baru-baru ini panen jagung. Total sebanyak 6,5 ton,” kata Suyono, Ketua Kelompok Tani “Nandur Makmur.” Pemanfaatan lahan di Tambak Wedi dimulai tahun 2023, yang menjadi kebijakan Walikota Eri Cahyadi, pasca masa pandemi Covid-19. Lahan-lahan kosong milik Pemerintah Kota Surabaya dimanfaatkan warga masyarakat untuk keperluan yang lebih produktif. Seperti pertanian, peternakan, perikanan dan proyek padat karya yang membuat paving.
Adi sempat memanen ketela, jenis ubi pulut. Dibantu Suyono, Adi mencabut ketela dari tanah. Didampingi Wiyono, Ketua PAC PDI Perjuangan Kecamatan Kenjeran. Ibu-ibu yang lain menikmati pisang dan lombok.
“Selain jagung yang menjadi komoditi utama di Tambak Wedi, juga baru-baru ini ditanam pisang Carvendish,” kata Mundu, PPL Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya. Ia menyebutkan, pertanian di kawasan Tambak Wedi telah cukup memadai, karena tersedia air dari sungai setempat. Tanah diolah dengan traktor. Selain Pemkot Surabaya melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, juga pihak TNI dan kepolisian turut membantu pertanian.
Kelompok Tani “Nandur Makmur” terdiri dari lima orang. Diketuai Suyono, yang memang asli dari keluarga petani. “Saya menjadi petani. Asli. Keluarga saya adalah petani, dan saya generasi ketiga,” kata Suyono.
Selain itu, di lahan tersebut juga dimanfaatkan untuk beternak magot. “Kami manfaatkan sisa-sisa makanan, seperti buah mangga, waluh, garbis,” kata Pipit, peternak magot. Iya menunjukkan hasil ternak magot. Ia mengucapkan terima kasih kepada Walikota Eri Cahyadi atas kebijakannya.
Adi Sutarwijono mengatakan pertanian di Surabaya telah berkembang dari pola tradisional. “Sekarang berkembang urban farming, yang diolah variatif menurut kesediaan lahan, seperti hidroponik dan aquaponik, kebun atap (rooftop garden)<span;>, kebun vertikal yakni penggunaan dinding atau struktur vertikal sebaga media tanam untuk lahan terbatas, selain kebun pekarangan,” kata Adi.
Semua hasil, kata dia, minimal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti sawi, kangkung, lombok dan sebagainya yang cocok dengan kondisi. “Saya memberikan dukungan untuk pemanfaatn lahan yang ada,” kata Adi. ADV/DN