Surabaya,CJ – Banjir masih menjadi sahabat warga Surabaya di saat musim hujan. Semua proyek percepatan pembuatan saluran box culvert dan bozem hingga pompa air terus dilakulan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam penangan banjir di Surabaya.
Wakil Ketua DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kota Surabaya A Hermas Thony terus mendorong agar Pemkot Surabaya menerangi banjir di Kota Pahlawan. Selain itu, pimpinan DPRD ini meminta semua warga Surabaya juga ikut bersama-sama melawan banjir dengan tidak membuang sampag sembarangan di saluran air atau sungai.
Ia menjelaskan banjir sebenarnya menunjukkan bahwa ekosistem berjalan. Namun banjir akan menunjukkan masyarakat mana yang ramah dan peduli lingkungan dan mana yang tidak. Kalau ramah lingkungan artinya mendapat sikap air yang ramah dari alam. Sebaliknya mayarakat mana yg tidak peduli dengan pepohonan sebagai tempat air bersarang dan saluran sebagai tempat dia berjalan air akan menjadi banjir menjadi masalah yang mengganggu kesejahteraan.
Banjir di Surabaya harus menggerakkan semua pihak untuk bergerak bersama. Semua bersinergi untuk bersama-sama melawan banjir. “Tidak bisa Pemkot sendiri yang berjuang menanggulangi banjir. Terutama masyarakat harus berperan aktif. Harus berpartisipasi aktif menjaga saluran tetap lancar,” ungkap AH.Thony, Jumat,(19/4/2024)
Semua dimulai dari kampung. Dari saluran air di seluruh kampung. Kalau satu kampung itu salurannya mampet akan menjadi gambaran bahwa kampung yang lain juga sama. Kunci agar tidak ada genangan dan adalah saluran air lancar hingga ke laut
Langkah yang harus diambil dalam penanganan banjir perkotaan adalah pertama seberapa banyak air yang datang saat musim hujan. Kedua berapa banyak air saat penghujan harus ditahan di lingkungan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan. Ketiga seberapa banyak saluran yang harus disediakan agar air bisa jalan nyaman ke muara laut.
Dalam analisisnya, banjir perkotaan di Surabaya bukan karena alam. Tapi lebih karena mampetnya saluran air. Bahkan AH Thony mencatat 60% banjir di Surabaya karena faktor saluran tersumbat sampah.
Masyarakat kadang tidak sadar akan kesalahan yang dilakukan. Mereka cenderung menyalahkan pemerintah. Sementara saluran air di Surabaya itu sudah ada sejak zaman Belanda sampai sekarang saluran. Pemkot juga menempatkan infrastruktur penanganan banjir menjadi prioritas pembangunan. ADV/DN